Rabu, 20 Juli 2011

KEHIDUPAN YANG HARUS DIJALANI

Sobat chawank, di sini saya ingin menceritakan kisah pahit yang saya alami. gpp ya saya curhat2an..

saya sangat sedih jika harus mengingat ini lagi, namun disamping itu saya juga sadar kalau ini adalah kehidupan saya yang harus saya jalani. memang sangat sulit bagi saya untuk mengikhlaskannya semua, namun aku yakin pada diri aku sendiri kalau aku bisa menjalaninya.
Mungkin ini juga teguran dari Allah kepadaku, karena saya telah menolak rezeki yang Dia berikan. saya telah dinyatakan lulus di Jalur Undangan Fak. Arsitek UIN, namun saya menolaknya. mMm bukan saya tdak mau, tapi ibu saya tidak menyetujui kalau saya kuliah di Fak. Arsitek. tapi sebenarnya ini juga bukan pilihan yang saya inginkan, hanya saja waktu itu, saya salah klik waktu pendaftarannya, dan setelah tercetak, baru deh saya perhatikan dengan teliti. oy kata ibu saya



"ibu, tidak akan membiayai kuliahmu, jika kamu mengambil Fak. itu.. ibu yakin, kamu pasti tidak sanggup, dan kamu sangat tersiksa jika di sana".

Rasa2nya Ibu sangat merendahkan kemampuan saya banget. Yaaa iya sih, saya akui kalau saya itu cuma bisa santai2, dan tidak sering belajar. namun saya juga bisa melakukan sesuatu di luar dugaan mereka semua, jika saya mau..
dan dengan terpaksa saya menolak Jalur Undangan itu. rasa sedih dan kecewa pasti ada, tapi ya udalah saya mencoba untuk tidak memikirkannya lagi.
Setelah itu, saya mengikuti SNMPTN, saya menembak Fak. TIK dan PGSD di UNM Makassar. dan setelah ujianpun, kebiasaan buruk saya ya itu, saya selalu bangun jam 9 pagi. dan ibu selalu mengingatkan

"Nak, kamu jangan biasakan tuk bangun kesiangan, rezeki akan jauh dari kamu. mending kamu perbanyak berdoa semoga kamu lulus di ujian SNMPTNmu itu."

Namun saya tetap aja bangun kesiangan. habis Sholat Subuh, lanjut dah tuh tidurnya..
daaaannn pengumuman pun tiba, saya sangat deg-deg-an. Alhasil saya mendapatkan kalimat yang bertuliskan

Maaf, anda TIDAK DITERIMA di PTN melalui SNMPTN 2011 Jalur Ujian Tertulis.

Hati serasa tercabik2, teriris2 dan sangat periiihh.. namun saya langsung introspeksi diri.. mungkin ini salah aku juga, karena waktu sebelum ujian, saya tidak begitu serius dalam belajar. teman2 yang lain ikut bimbel dan saya cuma santai2 dirumah.. namun dalam hati kecil saya sangat yakin kalau ini memang bukan rezeki saya.. Ibu saya tiada henti berceramah padaku. dan inilah sebagian kata2nya

"sudah saya bilang jangan bangun kesiangan, tapi tetap saja kamu tidak pernah mendengarkan kata2 saya. rasakanlah ini, ini juga akibat perbuatan kamu sendiri."

bukannya, ditenangin hati saya, ehh malah nambah beban fikiran saya.. Ibu itu emang selalu begitu.. tapi dia sangat sayang pada anak2nya. dia hanya ingin anaknya itu belajar dari kesalannya sendiri.
Tapi itu masih belum seberapa. setelah itu, UIN membuka jalur penerimaan maba lagi yang namanya UMB. Awal2nya ibu sangat mendukung saya, ibu juga telah memberikan saya uang untuk mendaftar, dan saya juga di izinkan tuk pergi ke Bank terdekat. Namun sampai di Bank. pegawai banknya bilang, kalau di Bank tersebut tidak menerima pendaftaran UMB. yaa mungkin di Bank tersebut hanya Bank cabang saja. jadi saya langsung pulang dan kabari hal tersebut ke keluarga yang ada dirumah.. dan kebetulan waktu itu keluarga berencana tuk ke Makassar, sekedar jalan2 sih.. dan saya di suruh ikut dan untuk mendaftar di Bank yang ada di Makassar.
Namun seperti biasa, plinplan Ibu saya kambuh.. tiba2 waktu malamnya sebelum berangkat ke Makassar, Ibu berubah pikiran. katanya

"Mending kamu kuliahnya di sini saja, karena kamu juga tau sendiri. kalau Ayah dan Ibu sudah pensiun. kami takut, kalau saat pertengahan, kami tidak sanggup membiayai kuliah kamu. belum lagi biaya makan kamu serta sewa mobil kamu. dan g' usah terlalu berharap dengan kakak2 kamu. yang satunya ingin menyelesaikan bangunan rumahnya dan yang satunya lagi ingin menafkahi istri dan anaknya. jadi kamu kuliahnya di JENEPONTO saja yaahh. kalau di sinikan Ibu palingan cuma membiayai uang kuliah kamu saja. lagian juga disini sudah ada yang terakreditasi. .....dsb"

Yaaa rasa kecewa dan jengkel saya terhadap Ibu pasti ada. yang awalnya bilang A, tiba2 langsung bilang B.. ini yang saya tidak senang dari ibu saya. jika memang ibu tidak setuju, knapa tidak dari awal saja ibu mengatakan tidak setuju.
Sangat sulit menerima ini semua. teman2 bisa mencapai impiannya, sedangkan saya, bisa dibilang hanya jalan di tempat saja. namun inilah takdir saya yang harus saya jalani. memang sangat sulit bagi saya tuk menerima kenyataan ini. impian saya sirna dengan begitu saja. sedih dan sangat sedih. bahkan teman2 dan keluarga pun tidak menyangka ini semua.
Disisi lain pun saya meratapinya, saya harus menerima ini semua. saya juga harus bersikap dewasa disini. saya tidak boleh egois atau memikirkan diri sendiri. saya juga harus tahu keadaan keluarga saya. jangan sampai gara2 saya, keluarga saya jadi menderita. saya harus sadar keadaan ekonomi keluarga saya saat ini. sangat berbeda dengan yang lalu2. mungkin yang beruntung hanyalah kakak pertama dan kedua saya yang dapat meraih cita2nya dengan kuliah di UNHAS. yaaa itu karena, saat itu orangtua kami masih sanggup mambiayainya. tapi kini mereka dah pensiun, jadi saya juga harus mengerti itu semua.

Alhasil saya pun dengan hati yang sangat berat, menerima tawaran Ibu untuk kuliah di sini saja. sedih dan sangat sedih pasti. namun inilah kehidupan dan takdir yang harus saya jalani. pahit memang bahkan saya pun belum menyangka ini semua.

namun ada teman saya yang mengingatkan kalau restu orang tua itu sangat afdhol. kita tidak tau, sapa tau kamu akan menjadi orang sukses setelah ini. kamu cukup ikhlas dan percaya bahwa kebaikan selalu menantimu. karena percuma juga kan, jika kamu telah menggapai impianmu namun ortumu juga tidak merestuinya. So, jalani saja dengan hati yang tulus dan iklas. Rezeki dah ada yang ngatur. sapa tau rezeki mu ada di balik ini semua.

Hati saya terasa lega dan sangat berterima kasih kepada teman saya itu. teman saya itu seorang calon dr. Psikolog. makanya dia harus belajar sejak sekarang tuk menyembuhi orang kaya saya.
Dan setelah itu, saya mencoba untuk mengikhlaskannya. yaa mungkin dengan ini Orang Tua saya menjadi bahagia. saya akan melakukan apa sajalah. itung2 mengurangi beban mereka juga.



I LOVE MY PARENTS


Read More......